23 Juli 2025
Picture 019

Ia lahir pada 29 Nopember 1921. Kemudian ia masuk Serikat Jesus pada 7 September 1942. Setelah menempuh pendidikan imamat ia ditahbisan menjadi imam pada 22 Agustus 1955. Seusai menempuh novisiat tahun III atau sering disebut masa tersiat, ia kemudian mengikarkan kaul terakhir pada 2 Pebruari 1960. Ia mendapatkan bebas tugas pada 10 Juli 1978. Ia meninggal pada 4 September 1997 di Nijmegen, Belanda. Berikut ini catatan ringkas perjalanan hidup Romo Robertus Bakker sebagai seorang Jesuit.

TUGAS TAHUN KOTA TEMPAT
Belajar bahasa (frater) 1949 Jakarta Kolese Kanisius
Tahun orientasi kerasulan 1950 Jakarta Kolese Kanisius
Tahun orinetasi kerasulan 1951-1955 Jakarta Pastoran Gunung Sahari
Teologi 1953-1955 Maastricht Belanda
Teologi (pater) 1956 Maastricht Belanda
Di luar Indonesia 1957 Belanda
Paroki 1958 Jakarta Pastoran Gunung Sahari
Tersiat 1959 Klepu-Smg Giri Sonta
Paroki 1960-1963 Jakarta Pastoran Mangga Besar
Paroki 1964-1968 Jakarta Pastoran Bidaracina
Paroki 1969-1974 Jakarta Pastoran Cililitan
Paroki 1975-1977 Jakarta Pastoran Katedral
Di luar Indonesia 1978 Jerman
Pindah 1979 Ke provinsi lain
Meninggal 1997 Nijmegen Belanda

Robertus Bakker berasal dari sebuah keluarga kelas menengah di Belanda. Ayahnya adalah seorang bisnisman. Ia memiliki kantor akuntan yang dikelola oleh keluarganya. Beberapa tahun setelah ibunya meninggal, ayah Romo Bakker (Bakker Sr) mengambil keputusan akan menjadi imam. Oleh keputusan tersebut kemudian perusahaannya diserahkan kepada anaknya yang lain. Bakker Sr kemudian melamar menjadi imam. Lamaran itu diterima. Setelah melalui masa pendidikan yang cukup lama untuk menjadi imam, Bakker Sr kemudian ditahbiskan menjadi imam. Tahbisan imam Bakker Sr itu mendahului Romo Bakker sendiri. Setelah menjadi imam, pastor Bakker Sr sangat giat untuk mencari sumbangan-sumbangan untuk karya misi di Afrika. Bakker Sr kemudian mendapatkan kepercayaan untuk menjelajah keuskupan-keuskupan di benua Afrika dan melihat sendiri keadaan keuskupan-keuskupan di benua Afrika yang perlu dibantu. Hasil usahanya mengumpulkan dana sangat membantu wilayah- wilayah keusukupan yang miskin di Afrika. Banyak gedung gereja dan sekolah dibangun dengan dana yang diperolehnya. Karena usahanya yang berhasil bagi daerah misi Afrika itu, ia dijuluki “uskup” Robertus Bakker. Sumber dana yang sama juga menjadi tumpuan kekuatan finansial dalam membangun Gereja Santo Robertus Bellarminus bersama-sama sumber utama lainnya dari Keuskupan Agung Jakarta.


Tinggalkan Balasan