Gathering and Community Building Putra Altar & Putri Sakristi

Pada hari Jumat, 27 Juni 2025 sampai hari Minggu, 29 Juni 2025, Subseksi Putra Altar dan Putri Sakristi (PAPS) mengadakan acara Gathereing and Community Building dengan tema “Batara” yang merupakan singkatan dari “Barisan Altar dan Dunia” sebagai wujud panggilan setiap Putra Altar dan Putri Sakristi untuk tidak hanya terlibat dalam pelayanan sekitar altar dan rohani saja, namun juga untuk terlibat dalam lingkungan sekitarnya.
Acara ini bertempat di Camp David Resort, Kab. Cianjur, Jawa Barat, dan diikuti oleh 70 peserta dan 18 panitia. Selain peserta dan panitia, kegiatan juga didampingi oleh 18 orang dewasa sebagai wujud nyata peran serta paroki terhadap pelaksanaan Protokol Perlindungan Anak dan Dewasa Rentan (PPADR) Keuskupan Agung Jakarta. Orang dewasa yang mendampingi terdiri dari berbagai unsur, yakni: Romo, Dewan Paroki Harian, Seksi Liturgi, Seksi Kepemudaan, Seksi Kesehatan, Seksi Komsos, orang tua peserta, dan alumni PAPS.
HARI PERTAMA
Para peserta sudah berkumpul di gereja St. Robertus Bellarminus pada pagi hari Jumat 27 Juni 2025 untuk persiapan dan registrasi ulang, kemudian berjalan ke bus yang sudah menunggu di depan Yellow Bee Resort, Cililitan. Sejak di gereja hingga sampai di bus, setiap peserta wajib berjalan bersama kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya. Sekitar pukul 06.00 kedua bus yang mengangkut peserta, panitia dan pendamping, berangkat menuju tempat tujuan. Mengingat hari itu adalah hari libur, sesuai perkiraan jalanan penuh kendaraan dan tidak terhindar dari macet. Estimasi perjalanan 4 jam meleset menjadi hampir 5 jam dan baru tiba sebelum pukul 11.00. Sebelum bus tiba di lokasi, seluruh handphone peserta dikumpulkan dan disimpan. Ini dilakukan agar seluruh peserta dapat fokus pada kegiatan.

Setiba di lokasi, para peserta langsung diarahkan menuju hall utama untuk pembagian kamar. Setelah para peserta meletakkan barang-barang pribadi di dalam kamar, acara dilanjutkan dengan perkenalan kelompok beserta penampilan yel-yel masing-masing kelompok. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan permainan untuk menyegarkan suasana. Melalui permainan sederhana diharapkan para peserta dapat membaur satu sama lain, tidak hanya dengan teman yang sudah dikenal, namun juga dengan teman yang belum dikenal atau bahkan tidak pernah disapa sebelumnya. Acara kemudian dilanjutkan dengan makan siang, di mana setiap kelompok diwajibkan makan di meja yang sama.

Setelah makan siang, acara dilakukan di luar ruangan. Acara ini disebut dengan Tie Dye, untuk mendorong kreativitas peserta melalui proses transformasi kain yang polos menjadi kain dengan banyak warna. Setiap peserta diberikan kaos polos berwarna putiih dan cairan aneka warna. Acara tetap dilakukan dalam kelompok agar bisa terjadi sharing pengetahuan dan pengalaman tentang proses yang dijalankan. Setelah Tie Dye, kegiatan dilanjutkan dengan snack sore dan acara bebas. Para peserta dapat memilih untuk beristirahat saja di kamar atau bermain dan mengobrol di sekitar area kegiatan.

Hari pertama ditutup dengan nonton film bersama agar para peserta bisa mendapatkan sudut pandang baru mengenai pelayanan yang mereka lakukan. Khususnya dalam relasi dengan orang-orang di sekitarnya. Setelah pemutaran film, romo Harry mengajak para peserta untuk merefleksikan nilai-nilai luhur apa saja yang mereka lihat dalam film tersebut, dan mengajak untuk menerapkan nilai-nilai itu dalam hidup mereka selanjutnya. Tak lupa juga ada beberapa peserta yang sharing tentang apa makna yang mereka dapatkan setelah menyaksikan film tersebut.

HARI KEDUA
Hari kedua dimulai dengan senam bersama pukul 06.00. Senam bersama ini wajib diikuti oleh semuanya, tidak hanya peserta tapi juga panitia dan pendamping. Senam dipimpin oleh kak Aboy yang kebetulan adalah ketua panitia kegiatan ini. Senam berlangsung dengan gembira menggunakan lagu-lagu ceria yang sedang hits saat ini. Setelah senam, acara dilanjutkan dengan mandi dan sarapan.

Sesi pertama di hari kedua adalah pemaparan materi liturgi oleh Romo Harry. Materi yang dibawakan sangat dekat dengan pelayanan para peserta sebagai Putra Altar dan Putri Sakristi. Dalam pemaparannya, romo Harry menyampaikan macam-macam hal kecil dan sederhana yang barangkali luput dari perhatian namun sesungguhnya memiliki makna penting dan dalam. Misalnya mengenai menerima Hosti Suci, yang tampaknya adalah hal rutin dan biasa, namun romo Harry mengingatkan para PAPS agar melakukannya dengan cara yang benar dan penuh hormat. Para peserta juga diingatkan untuk senantiasa berdoa sebelum melakukan pelayanannya. Hal sederhana yang kadang masih belum dilakukan, atau dilakukan hanya ala kadarnya sebagai kewajiban saja dan bukan karena kesadaran.
Acara dilanjutkan dengan kuis mengenai alat-alat liturgi dan sesi problem solving yang dibawakan oleh kak Andrew (Ketua Putra Altar) dan kak Dewi (Ketua Putri Sakristi). Dalam sesi ini, para peserta diajak untuk menganalisa berbagai macam persoalan yang ada seputar pelayanan dan bagaimana mengatasinya demi kepentingan semuanya. Setiap kelompok kemudian diberikan satu persoalan yang harus dicarikan solusinya. Untuk dapat menemukan solusi tersebut, setiap kelompok wajib melakukan diskusi agar mendapat solusi terbaik. Tidak lupa, setiap kelompok kemudian mempresentasikan persoalan yang dihadapi dan tawaran solusinya.
Setelah makan siang dan istirahat sebentar, kegiatan dilanjutkan dengan permainan di luar ruangan, di mana terdapat beberapa pos permaian yang harus diikuti setiap kelompok. Pada permainan-permainan ini, setiap kelompok diuji kekompakan dan kebersamaannya untuk mengatasi berbagai kesulitan dan berkompetisi dengan kelompok lain. Setelah setiap kelompok menyelesaikan sebuah permainan, panitia selalu mengajak untuk refleksi bersama tentang nilai-nilai positif apa saja yang dapat mereka dapatkan melalui permainan yang baru saja dilakukan. Melalui refleksi yang terus menerus seperti ini diharapkan para peserta mempunyai kebiasaan baru untuk senantiasa melakukan refleksi secara pribadi atau kelompok setiap kali selesai melakukan kegiatan. Setelah permainan selesai, para peserta diberikan waktu bebas yang dapat dimanfaatkan untuk beristirahat, mandi sore atau berenang.
Pada sore harinya, hujan lebat turun membasahi Camp David Resort, sehingga acara api unggun terpaksa ditunda sejenak. Untungnya panitia sigap dan langsung menyiapkan kegiatan lain yang tidak kalah menyenangkannya. Kak Aboy, kak Andrew dan kak Dewi mengajak para peserta untuk mengobrol santai membahas macam-macam, tidak hanya seputar pelayanan tapi juga hidup sehari-hari. Di sini justru para peserta diberikan waktu untuk berbicara tentap apa saja, dan menanyanyakan sesuatu kepada siapa saja. Acara berlangsung sederhana dan menyenangkan. Puji Tuhan, tidak lama kemudian hujan berhenti dan api unggun bisa tetap dilaksanakan.

Acara api unggun berlangsung dalam kondisi dingin karena habis hujan. Nyala api menghangatkan tubuh para peserta dan panitia. Selama api unggun menyala, setiap kelompok diberikan kesempatan untuk tampil ke depan dan menunjukkan kreasinya dalam bernyanyi bersama, sementara peserta menyaksikan sambil menikmati hidangan bakaran yang telah disiapkan panitia. Setelah semua kelompok menyajikan kreativitasnya, dan nyala api semakin mengecil, acara hari itu ditutup dengan doa yang dipimpin oleh romo Harry. Pada akhir doa, romo Harry meminta kepada setiap orang yang terllibat dalam acara tersebut untuk menyebutkan satu hal yang patut disyukuri selama mengikuti kegiatan ini.

HARI KETIGA
Hari ketiga yang menjadi hari penutup kegiatan diawali dengan Misa Kudus Hari Raya Santo Petrus dan Santo Paulus yang dirayakan setiap tanggal 29 Juni. Pada perayaan Ekaristi ini dilakukan pelantikan Ketua Seksi Liturgi bapak Onggo Lukito dan Ketua Subseksi Putra Altar – Putri Sakristi Margaretha Natasya Pelang, juga Ketua Seksi Kesehatan ibu Bernadetha Rubiyatik, yang kebetulan juga hadir dalam kegiatan ini. Pelantikan dilakukan pada hari ini karena di gereja St. Robertus Bellarminus di hari yang sama juga dilakukan pelantikan para Ketua Seksi-Subseksi, Ketua Lingkungan, Koordinator Wilayah dan Ketua Kelompok Kategorial. Selain para ketua, juga dilakukan pelantikan dan pemberkatan Pengurus PAPS yang baru, yang akan melayani seluruh anggota pada masa bakti 2025-2028.
Setelah makan siang, sesuai jadwal pukul 12.30 para peserta kembali ke Jakarta dalam perjalanan kurang lebih 8 jam karena kemacetan. Para peserta diturunkan di depan Yellow Bee Resort, Cililitan, dan dari situ berjalan kaki menuju gereja di mana para orang tua sudah menunggu. Acara selesai, syukur kepada Allah.




